makalah Ulumul Qur’an ~ Israiliyyat ~

ISRA’ILIYYAT
Guna memenuhi tugas ilmu Al-Qur’an
yang diampu oleh Bp. Marwini S.Hi, MA, Msi

logo-uin-suka-baru-warna

Disusun oleh:
Khakimul Amin          (1238zzz)
Hanung Lathifatul F.  (1238zzz)
Paris                            (1238zzz)
Eko Priyono                (1238zzz)
Rita Putri                     (1238zzz)

Jurusan Dunia Akhirat

Fakultas Syari’ah dan Hukum
universitas Islam Negeri Yogyakarta
2012

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan kepada kami dalam mengerjakan tugas Ilmu Al-Qur’an.

Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga terang benderang seperti sekarang ini.

Ucapan terima kasih pun kami ucapkan kepada Bapak Marwini S.Hi, MA, Msi yang telah mempercakan kami untuk menyelesaikan tugas Ilmu Al-Qur’an yang kami beri judul “Isra’iliyyat”.

Disini, kami kelompok 6 akan membahas tentang Isra’iliyyat yang mana akan kita uraikan kedalam makalah yang InsyaAllah akan kita bahas setelah tugas ini dibuat. Isra’iliyyat yang kami maksud adalah tentang  tafsir dan hadist yang diriwayatkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Dimana Israiliyyat sendiri mengandung beberapa kotroversi dari berbagai ulama. Maka dari itu kami kelompok 6 akan membahasnya.

Sekian kata pengantar dari kami, semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan kita dalam belajar Ilmu Al-Qur’an.amien…

Terimakasih.

 

 

 

 

 

                                                                                                                                                             Penyusun

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………. 1

  1. Latar Belakang…………………………………………………………………………………….. 1
  2. Rumusan Masalah………………………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………….. 2

  1. Pengertian Isra’iliyyat…………………………………………………………………………… 2
  2. Asal-usul Isra’iliyyat…………………………………………………………………………….. 2
  3. Macam-macam Isra’iliyyat…………………………………………………………………….. 3
  4. Pendapat Para Ulama tentang Isra’iliyyat……………………………………………….. 4

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………….. 5

  1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………. 5

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….. .. 6

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

  1. A.    Latar Belakang

Teks Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang tidak akan berubah oleh campur tangan manusia, tapi pemahaman terhadap Al-Qur’an tidak tetap, selalu berubah sesuai dengan kemampuan orang yang memahami isi kandungan Al-Qur’an itu dalam rangka mengaktualkannya dalam bentuk konsep yang bisa dilaksanakan. Dan ini akan terus berkembang sejalan tuntutan dan permasalahan hidup yang dihadapi manusia, maka di sinilah celah-celah bagi orang-orang yang ingin menghancurkan agama Islam berperan.
Sebagai petunjuk, tentunya Al-Qur’an harus dipahami, dihayati dan diamalkan oleh manusia yang beriman kepada petunjuk itu, namun dalam kenyataannya tidak semua orang bisa dengan mudah memahami Al-Qur’an, bahkan sahabat-sahabat Nabi sekalipun yang secara umum menyaksikan turunnya wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan kosa katanya. Tidak jarang mereka berbeda pendapat atau bahkan keliru memahami maksud firman Allah dengan yang mereka baca.

Kehadiran israiliyyat dalam penafsiran Al-Qur’an juga menjadi ajang polemic dikalangan para ahli tafsir Al-Qur’an. Karenanya, makalah ini akan membahas tema israiliyat dari sudut apa pengertian israiliyyat, bagaimana proses masuk dan berkembangnya israiliyyat dalam tafsir dan bagaimana pengaruh israiliyyat dalam penafsiran Al-Qur’an.

 

  1. B.     Rumusan Masalah
  2. Apakah yang dimaksud dengan isra’iliyyat?
  3. Bagaimanakah sejarah munculnya isra’iliyyat?
  4. Bagaimanakah pendapat ulama tentang isra’iliyyat?
  5. Apakah macam-macam isra’iliyyat?

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

  1. A.    Pengertian Isra’iliyyat

Secara etimologis kata Isra’iliyyat adalah bentuk jamak dari kata isra’iliyyah, ismun (kata benda) yang dinisbatkan pada kata Israil, dari bahasa ibrani yang berarti hamba Tuhan. Dalam pengertian lain Isra’iliyyat dinisbatkan kepada Nabi Ya’kub bin Ishaq bin Ibrahim.

Secara terminologis Isra’iliyyat adalah seluruh riwayat yang bersumber dari Yahudi dan Nasrani (Ahli Kitab) dan lainnya yang masuk dalam tafsir dan hadits.

Menurut para ulama Al-Qur’an, Israi’iliyyat adalah segala sesuatu yang bersumber dari kebudayaan Yahudi atau Nasrani, baik yang tertulis dalam Taurat maupun Injil, penafsiran-penafsirannya, maupun pendapat-pendapat orang Yahudi atau Nasrani yang menyangkut ajaran mereka. Maka dari itu, penjelasan dan tambahan terhadap arti ayat-ayat Al-Qur’an yang melalui perjanjian baru dan perjanjian lama dianggap Isra’iliyyat.

Ada juga yang mengartikan lebih singkat, yaitu dongeng-dongeng atau legenda-legenda Israil. Sebagian besar dongeng-dongeng itu tidak ada kaitannya dengan prinsip aqidah dan hukum syari’at. Pada umumnya semua itu hanya berkaitan dengan peristiwa-peritiwa sejarah, berita-berita, atau yang berkenaan dengan sifat-sifat utama.

Dalam buku Ensiklopedi Islam, Isra’iliyyat dibagi dalam 3 pengertian, yaitu:

  1. Merupakan cerita yang dianggap sebagai catatan sejarah yang digunakan untuk melengkapi ringkasan informasi yang tersedia dalam buku wahyu untuk menghormati para tokoh dalam Bible (Taurat dan Injil) terutama para nabi (qishosul anbiya).
  2. Salinan-salinan cerita yang ditempatkan dalam kronologi kerangka kerja dari zaman Israil kuno.
  3. Dongeng-dongeng rakyat, yang menurut dugaan orang diambil dari sumber-sumber Yahudi.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat dipahami bahwa Isra’iliyyat merupakan cerita atau dongeng yang bersumber dari cerita-cerita Yahudi yang dibawa oleh para pendeta Yahudi atau para Mu’allaf yang berasal dari Yahudi.

 

  1. B.     Asal-usul Isra’iliyyat

Dari pengertian diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa mereka berusaha memahami Al-Qur’an yang mereka anggap sebagai kelanjutan kitab-kitab mereka sebelumnya ( Taurat dan Injil) dan didalamnya (Al-Qur’an) berisi kisah-kisah yang sebagian sudah tertulis dalam kitab mereka. Terkadang mereka belum bisa melepaskan pengaruh cerita-cerita yang ada dalam Taurat dan Injil. Sehingga ketika mereka menemukan cerita umat terdahulu atau cerita nabi-nabi yang ada dalam Al-Qur’an hanya secara garis besar. Dan mereka berusaha memperinci kisah-kisah dalam Al-Qur’an menggunakan Injil dan Taurat. Orang Yahudi menyambungkannya dengan Taurat sedangkan orang Nasrani menyambungkannya dengan Injil.

Meski mereka sudah masuk islam mereka tetap membawa pengetahuan keagamaan mereka (Yahudi dan Nasrani) yang berupa cerita dan kisah keagamaan. Menurut Hasbi al-Shiddiqi menjelaskan bahwa Isra’iliyyat sudah masuk kedalam tafsir ketika para sahabat ingin beragumentasi dengan sumber atau keterangan yang berasal dari Yahudi dan Nasrani mengenai risalah nabi SAW.

Selain itu, adanya keinginan untuk mengetahui kelengkapan jalannya cerita yang terdapat dalam Al-Qur’an secara global, maka mereka menanyakan kepada Ahli Kitab untuk menjelaskan kisah tersebut selama tidak menyimpang dari syariat islam. Sumber Ahli Kitab itulah kemudian dijadikan rujukan dari penafsiran ayat-ayat alquran terutama berkenaan dengan kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu dengan maksud agar jalannya cerita lebih jelas dan detail.

Keterangan diatas menunjukan bahwa Isra’iliyyat telah dipakai dalam penafsiran sejak masa sahabat namun para sahabat tidak mengambil cerita Isra’iliyyat begitu saja, namun mereka meneliti terlebihn dsahulu apakah sesuai dengan syarat islam atau tidak. Selain itu mereka tidak menanyakan hal-hal yang tidak penting seperti warna kulit anjing ashabul kahfi atau besar kapal Nabi Nuh. Para sahabat yang terkenal meriwayatkan Isra’iliyyat adalah Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abdullah bin Amr bin Ash. Akan tetapi seiring berjalannya waktu sikap yang dilkukan para sahabat terhadap cerita-cerita Isra’iliyyat tidak dilakukan oleh sebagian ulama pada masa tabi’in. Fungsi yang semula sebagai pelengkap dari penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an berubah sebagai dasar takwil dan tafsir maksud dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

Penyebabnya adalah banyak ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang masuk Islam dan para tabi’in menukil cerita-cerita Isra’iliyyat dari mereka yang kemudian dimasukkan dalam tafsir. Para mufasir tidak mengoreksi terlebih dahulu cerita Isra’iliyyat yang mereka ambil, padahal terdapat cerita yang tidak benar dan tidak sesuai dengan hadits nabi.

Cerita Isra’iliyyat ini sebagian besar diriwayatkan oleh para ulama tabi’in besar, sehingga Imam Bukhori sering meriwayatkan hadits darinya.

 

  1. C.    Macam-macam Isra’iliyyat

Menurut Dr. Muhammad Husein Al-Dzahabi Isra’iliyyat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:

  1. Kategori kesesuaiannya dengan syari’at islam, contohnya:

Diriwayatkan oleh bukhori dari jabir ra, beliau mengatakan,”seorang wanita yahudi mengatakan bila digauli dari belakangnya niscaya akan mendapatkan anak yang juling matanya. “lalu turunlah ayat,

نساؤكم حرث لكم فاْتوا حرثكم اني شئتم

 

Artinya: istrimu adalah ladang bagimu,maka datangilah ladangmu sesukamu

  1. Kategori benar dan tidaknya, contohnya:
    1. Kisah yang benar ( shahih ) seperti apa yang dikemukakan oleh ibnu katsir dalam tafsirannya dari ibnu jarir tentang sifat-sifat Rasulullah SAW sebagai keterangan dari surat al ahzab ayat 45-46

 

ياآيهالنبي إنا أرسلناك شاهدا و مبشرا و نذيرا, و داعيا إلى الله بإذنه و سراجا منيرا

 

Artinya: Wahai nabi! Sesungguhnya  Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.

  1. Kisah yang palsu ( dhaif ) seperti apa yang dinukil oleh ibnu katsir dalam tafsirannya dari Abu Hatim ar-Razi tentang legenda gunung Qof yang mengitari langit dan bumi yang dalam Al-Qur’an terurai dalam surat Qof.
  2. Kategori temanya, contohnya:

Isra’iliyyat yang berhubungan dengan nasehat, hikmah, dan sejarah. Seperti kisah Raja Thalut, pembuatan kapal Nabi Nuh, kisah anjing ashabul kahfi.

 

  1. D.    Pendapat Para Ulama tentang Isra’iliyyat

Terdapat dua pendapat yang saling berseberangan. Pendapat pertama, tidak membolehkan seorang untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan kisah-kisah Isra’iliyyat. Pendapat kedua, membolehkan penggunaan kisah-kisah Isra’iliyyat secara mutlak. Pendapat kedua ini, terbagi dalam 4 kelompok yang masing-masing mempunyai sikap terhadap kisah Isra’iliyyat, yaitu:

  1. Kelompok yang sengaja memanfaatkan berita Isra’iliyyat dengan menyebutkan sanadnya, seperti Ibnu Jarir Al-Thobari.
  2. Kelompok yang sengaja memperbanyak tetapi tanpa menyertakan sanad-sanadnya, seperti Al-Baghawi.
  3. Kelompok yang menyantumkan kisah-kisah Isra’iliyyat dengan memberikan penilaian-penilaiannya, seperti Ibnu Katsir.
  4. Kelompok yang tidak menerima sama sekali kisah Isra’iliyyat, bahkan tidak menganggapnya sebagai bagian dari tafsiran Al-Qur’an, seperti Muhammad Rasyid Ridlo

BAB III

PENUTUP

 

  1. A.    Kesimpulan

Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Isra’iliyyat secara terminologis adalah seluruh riwayat yang bersumber dari Yahudi dan Nasrani dan lainnya yang masuk dalam tafsir dan hadist. Asal-usul meraka sendiri berasal dari kaum Yahudi dan Nasrani yang masuk islam namun mereka masih membawa sejarah tentang agama mereka dan memasukkannya kedalam tafsir dan hadist. Para ulama pun berpendapat bahwa Isra’iliyyat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :

  1. Kelompok yang sengaja memanfaatkan berita Isra’iliyyat dengan menyebutkan sanadnya, seperti Ibnu Jarir Al-Thobari.
  2. Kelompok yang sengaja memperbanyak tetapi tanpa menyertakan sanad-sanadnya, seperti Al-Baghawi.
  3. Kelompok yang menyantumkan kisah-kisah Isra’iliyyat dengan memberikan penilaian-penilaiannya, seperti Ibnu Katsir.
  4. Yang tidak menerima sama sekali kisah Isra’iliyyat, bahkan tidak menganggapnya sebagai bagian dari tafsiran Al-Qur’an, seperti Muhammad Rasyid Ridlo.

Isra’iliyyat juga terbagi menjadi 3 macam berdasarkan kategorinya yaitu:

  1. Kategori kesesuaiannya dengan syari’at
  2. Kategori benar dan tidaknya
  3. Kategori temanya

DAFTAR  PUSTAKA

 

 

Muhammad Husain al-Zahabi, Isra’iliyyat fi at-Tafsir wa al-Hadist: Cairo

Muhammad bin Shalih al-Usaimin, Dasar-dasar Penafsiran Al-Qur’an: Semarang

Didin Hafiuddin, Isra’iliyyat Dalam Tafsir dan Hadist: Jakarta

Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Qur’an:  Riyadh

M. Quraisy Syihab, Study Kritis Tafsir Al Manar: Bandung

Tinggalkan komentar