MUHKAM DAN MUTASYABIH

           MUHKAM DAN MUTASYABIH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok

Mata Kuliah Ilmu Al-Quran

Dosen : Marwini S.H.I.,M.A.,M.S.I.

    logo-uin-suka-baru-warna


Disusun Oleh :

                        Zahid Sapto Nugroho           (12380077)     

                       Nica Dania Meganingrum    (12380078)

                      Epri Wahyudi                        (12380079)

                      Baihaki                                   (12380080)

                      Husnul Agustin                      (12380081)

 

UNIVERSITAS SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN MUAMALAT

2012

 

Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin,  segala  puji  dan  syukur  seraya  penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muhkam dan Mutasyabih”.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Ilmu Al-Quran.  Adapun  isi  dari  makalah  yaitu menjelaskan tentang ilmu muhkam dan mutasyabih, pendapat ulama tentang ayat muhkam dan mutasyabih, dan faktor-faktoryang menimbulkan mutasyabih.

Penyusun  berterima  kasih  kepada  Bapak Marwini S.H.I.,M.A.,M.S.I.  selaku  dosen mata  kuliah  Ilmu Al-Quran  yang  telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini.Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Penyusun

DAFTAR ISI

Cover ………………………………………………………………………………………………………… ……….. 1

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………….. 2       

Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………. ……….. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………………. ……….. 4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….. ……….. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muhkam dan Mutasyabih………………………………………………….. ……….. 5

2.2 Pendapat Ulama Tentang Muhkam dan Mutasyabih……………………………… ……….. 7

2.3 Faktor-fakor yang Menimbulkan Mutasyabih……………………………………….. ……….. 8

2.4 Macam-Macam Mutasyabih……………………………………………………………….. ……….. 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………….. ……….. 10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………… ……….. 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1               Latar Belakang

Allah SWT telah menurunkan al-quran sebagai pengingat bagi manusia dan semesta alam. Didalam telah digariskan kebenaran akidah Islam sebagai hal mengenai kehidupan sehari-hari manusia dalam hubungan dengan sesama manusia maupun lingkungan sekitar.

Beberapa ayat yang ada dalam al-quran adakalanya merupakan ayat-ayat yang dipahami secara tekstual. Dengan demikian, umat Islam dapat dengan mudah memahami maknanya karena sesuai dengan logika berfikir mereka. Namun, adakalanya pula untuk menggali makna dari ayat-ayat tersebut diperlukan suatu cara dengan melewati tahap-tahap tertentu. Al-quran adalah kitab suci sekaligus pijakan utama bagi umat Islam. Maka sudah seharusnya umat Islam tidak boleh memaknainya dengan sembarang terlebih terhadap ayat-ayat yang memiliki banyak makna.

Para ulama tafsir menyebut ayat-ayat yang dapat dengan mudah dipahami oleh setiap orang yang membaca dan mempelajari al-quran dengan istilah muhkam. Sebaliknya, ayat yang memiliki kandungan makna yang sulit dipahami disebut mutasyabih.

1.2               Rumusan Masalah

1.2.1         Apakah pengertian muhkam dan mutasyabih?

1.2.2         Bagaimana pendapat ulama tentang muhkam dan mutasyabih?

1.2.3         Apa saja faktor-faktor yang menimbulkan muatsyabih?

1.2.4         Apa saja macam-macam mutasyabih?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Muhkam secara bahasa berasal dari bentuk isim maf’ul yang berarti kekukuhan, kesempurnaan, keseksamaan, dan pencegahan. Isim fa’ilnya adalah hakim yang berarti orang yang memiliki kekuasaan untuk mencegah kedhaliman dan memutuskan dua perkara.[1] Namun, semua pengertian ini pada dasarnya kembali kepada makna pencegahan. Kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang secara bahasa berarti keserupaan dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal.

Muhkamialah ayat-ayat yang jelas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan nasakh, seperti halal, haram termasuk pula pahala dan ancaman-ancaman bagi manusia yang mengerjakan perintah atau melanggarnya. Mutasyabihialah ayat yang tersembunyi (maknanya), tidak diketahui maknanya baik secara aqlimaupun naqli, dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah mengetahuinya, seperti datangnya hari kiamat, huruf-huruf yang terputus-putus di awal surat (fawatih al-suwar).[2]

Dasar-dasar ayat muhkam dan mutasyabih:

  1. Muhkam

Ayat yang menegaskan tentang muhkam tercantum dalam surat Hud ayat 1:

ë=»tGÏ. ôMyJÅ3ômé& ¼çmçG»tƒ#uä §NèO ôMn=Å_Áèù `ÏB ÷bà$©! AOŠÅ3ym AŽÎ7yz ÇÊÈ

Artinya: (Al-qur’an) suatu kitab yang ayat-ayatNya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

  1. Mutasyabih

Ayat yang menegaskan tentang mutasyabih tercantum dalam surat Az-Aumar ayat 23:

ª!$# tA¨“tR z`|¡ômr& Ï]ƒÏ‰ptø:$# $Y6»tGÏ.  $YgÎ6»t±tF•B u

Artinya: Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang…

  1. Muhkam dan mutasyabih

Ayat yang menegaskan tentang muhkam dan mutasyabih tercantum dalam surat Ali Imran ayat 7:

uqèd ü“Ï%©!$# tAt“Rr& y7ø‹n=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»tƒ#uä ìM»yJs3øt’C £`èd ‘Pé& É=»tGÅ3ø9$# ãyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br’sù tûïÏ%©!$# ’Îû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷ƒy— tbqãèÎ6®KuŠsù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#ƒÍrù’s? 3 $tBur ãNn=÷ètƒ ÿ¼ã&s#ƒÍrù’s? žwÎ) ª!$# 3 tbqã‚Å™º§9$#ur ’Îû ÉOù=Ïèø9$# tbqä9qà)tƒ $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ωZÏã $uZÎn/u‘ 3 $tBur ㍩.¤‹tƒ HwÎ) (#qä9’ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ

Artinya: Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.[3]

 

 

2.2  Pendapat Ulama Tentang Muhkam Dan Mutasyabih

  1. Menurut al-Zarqani yang mengutip dari as-Suyuti muhkam ialah ayat-ayat yang tidak mengandung kecuali satu kemungkinan makna takwil. Mutasyabih ialah ayat-ayat yang mengandung banyak kemungkinan makna takwil.
  2. Subhi As-Shalih merangkum pendapat ulama dan menyimpulkan bahwa  muhkam adalah ayat-ayat yang bermakna jelas. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang maknanya tidak jelas, dan untuk memastikan pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat.
  3. Menurut Ibnu Abbas muhkam adalah yang maknanya rasional artinya dengan akal manusia saja, pengertian ayat itu sudah dapat di tangkap. Sedangkan ayat mutasyabih mengandung pengertian yang tidak dapat dirasionalkan. Misalnya bilangan rakaat dalam shalat lima waktu.[4]
  4. Menurut Ar-Raghib Al-Ashfahani muhkam adalah sesuatu yang memang sudah diketahui maksudnya. Seadangkan mutasyabih adalah suatu pengertian yang hanya diketahui oleh Allah.[5]

2.3  Faktor-faktor Yang Menimbulkan Mutasyabihat

Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i meringkas ada 3 sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an:

a. Disebabkan oleh ketersembunyian pada lafal

Contoh: Q.S. Abasa ayat 31

ZpygÅ3»sùur $|/r&ur ÇÌÊÈ

Artinya: Dan buah-buahan serta rumput-rumputan,

Lafal أ بdi sini Mutasyabih karena ganjilnya dan jarangnya digunakan. kata أ ب diartikan rumput-rumputan berdasarkan pemahaman dari ayat berikutnya :

Q.S. Abasa ayat 32 yang berbunyi:

$Yè»tG¨B ö/ä3©9 ö/ä3ÏJ»yè÷RL{ur ÇÌËÈ

Artinya: Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.

Ar-Raghib al-Asfhani membagi Mutasyabihat dari segi lafal menjadi dua, yaitu mufrad dan murakkab. Mutasyabih lafal mufrad adalah tinjauan dari segi kegaribannya, seperti kata yaziffun, al-abu; Isytirak, seperti kata al-yadu, al-yamin. Tinjauan lafal murakkab berfaedah untuk meringkas kalam, seperti: wa in khiftum alla tuqsitu fil yatama fankhihu ma taba lakum…., untuk meluruskan kalam, seperti: laisa kamis|lihi syai’un, untuk mengatur kalam, seperti: anzala ‘ala ‘abdihil kitaba walam yaj’al lahu ‘iwaja..

 

b. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna

Terdapat pada ayat-ayat Mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah swt. dan berita gaib.

Contoh: Q.S. al-Fath ayat 10:

¨bÎ) šúïÏ%©!$# y7tRqãè΃$t6ム$yJ¯RÎ) šcqãè΃$t7ム©!$# ߉tƒ «!$# s-öqsù öNÍk‰É‰÷ƒr& 4 `yJsù y]s3¯R $yJ¯RÎ*sù ß]ä3Ztƒ 4’n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR ( ô`tBur 4’nû÷rr& $yJÎ/ y‰yg»tã çmø‹n=tæ ©!$# Ïm‹Ï?÷sã‹|¡sù #·ô_r& $VJ‹Ïàtã ÇÊÉÈ

Artinya: Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu Sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah[1396]. tangan Allah di atas tangan mereka[1397], Maka Barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah Maka Allah akan memberinya pahala yang besar.

c. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna dan lafal

Ditinjau dari segi kalimat, seperti umum dan khusus, misalnya uqtulul musyrikina, dari segi cara, seperti wujub dan nadb, misalnya, fankhihu ma taba lakum minan nisa, dari segi waktu, seperti nasikh dan mansukh, misalnya, ittaqullah haqqa tuqatihi, dari segi tempat dan hal-hal lain yang turun di sana, atau dengan kata lain, hal-hal yang berkaitan dengan adat-istiadat jahiliyah, dan yang dahulu dilakukan bangsa Arab.15 Seperti, laisal birru bian ta’tul buyuta min zuhuriha, segi syarat-syarat yang mengesahkan dan membatalkan suatu perbuatan, seperti syarat-syarat salat dan nikah.

2.4  Macam-macam Ayat Mutasyabih

Al-Zarqani membagi ayat-ayat Mutasyabihat menjadi tiga macam:

  1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada maksudnya, seperti   pengetahuan tentang zat Allah dan hakikat sifat-sifat-Nya, pengetahuan tentang waktu kiamat dan hal-hal gaib lainnya. Allah berfirman Q.S. al-An’am ayat 59:

* ¼çny‰YÏãur ßxÏ?$xÿtB É=ø‹tóø9$# Ÿw !$ygßJn=÷ètƒ žwÎ) uqèd 4 ÞOn=÷ètƒur $tB †Îû ÎhŽy9ø9$# ̍óst7ø9$#ur 4 $tBur äÝà)ó¡n@ `ÏB >ps%u‘ur žwÎ) $ygßJn=÷ètƒ Ÿwur 7p¬6ym ’Îû ÏM»yJè=àß ÇÚö‘F{$# Ÿwur 5=ôÛu‘ Ÿwur C§Î/$tƒ žwÎ) ’Îû 5=»tGÏ. &ûüÎ7•B ÇÎÒÈ

Artinya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”

  1. Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian, seperti ayat-ayat Mutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas, panjang, urutan, dan seumpamanya. Allah berfirman Q.S. an-Nisa’ ayat 3

÷bÎ)ur ÷LäêøÿÅz žwr& (#qäÜÅ¡ø)è? ’Îû 4‘uK»tGu‹ø9$# (#qßsÅ3R$$sù $tB z>$sÛ Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$# 4Óo_÷WtB y]»n=èOur yì»t/â‘ur ( ÷bÎ*sù óOçFøÿÅz žwr& (#qä9ω÷ès? ¸oy‰Ïnºuqsù ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNä3ãY»yJ÷ƒr& 4 y7Ï9ºsŒ #’oT÷Šr& žwr& (#qä9qãès? ÇÌÈ

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Maksud ayat ini tidak jelas dan ketidak jelasanya timbul karena lafalnya yang ringkas. Kalimat asal berbunyi :

÷bÎ)ur ÷LäêøÿÅz žwr& (#qäÜÅ¡ø)è? ’Îû 4‘uK»tGu‹ø9$# (#qßsÅ3R$$sù $tB z>$sÛ Nä3s9 z`ÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$#

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi

  1. Ayat-ayat Mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama. Inilah yang diisyaratkan Nabi dengan doanya bagi Ibnu Abbas:

Terjemahan:Ya Tuhanku, jadikanlah dia seorang yang paham dalam Agama, dan ajarkanlah kepadanya takwil.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Muhkam adalah ayat yang memiliki makna jelas,sedangkan mutasyabih adalah ayat yang belum jelas makna nya dan harus di jelaskan dengan makna lain.Para ulama setuju dengan pendapat ini antara lain Az-Zarqani, Subhi As-Sholih, Ibnu Abbas,dan  Ar-Raghib Al-Ashfahani.

Faktor-faktor yang menyebabkan mutasyabih adalah:

  1. Disebabkan oleh ketersembunyian pada lafal
  2. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna
  3. Disebabkan oleh ketersembunyian pada makna dan lafal

Macam-macam mutasyabih:

  1. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada maksudnya
  2. Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengkajian
  3. Ayat-ayat Mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan bukan semua ulama.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahid, Ramli. 1993. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada

Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera

Ash-Shiddiqy,Hasbi. 1972. Ilmu Al-Qur’an (Media-Media Pokok dalam Menafsirkan Al-Qur’an). Jakarta: Bulan Bintang

Dahlan, Rahman. 2010. Kaidah-Kaidah Tafsir. Jakarta: Amzah

Hermawan,Acep. 2001. ‘Ulumul Qur’an ( ilmu untuk memahami wahyu ). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

https://anasunni.wordpress.com/category/makalah-uin-sunan-kalijaga/


[1]  Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur’an untuk Pemula. Jakarta: CV Artha Rivera hal 108

[2]  Abdul Wahid, Ramli. 1993. Ulumul Qur’an. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada hal 81

[3]  Dahlan, Rahman. 2010. Kaidah-Kaidah Tafsir. Jakarta: Amzah hal 38-40

[4]  Hermawan,Acep. 2001. ‘Ulumul Qur’an ( ilmu untuk memahami wahyu ). Bandung: PT Remaja Rosdakarya hal  145

[5] Ash-Shiddiqy, Hasbi. 1972. Ilmu Al-Qur’an (Media-Media Pokok dalam MenafsirkanAl-Qur’an). Jakarta: Bulan Bintang  hal 169

Read more : Anasunni.wordpress.com

Tinggalkan komentar